Iklan Dua

Dari Kampung Longsor Jadi Kampung Hijau, Warga RT 51 Baru Ilir Bangun Ketahanan dan Ekonomi Berkelanjutan

$rows[judul]
Porosnusantaranews,BALIKPAPAN — Kawasan yang dulu dikenal rawan longsor dan kumuh di RT 51 Kelurahan Baru Ilir, Balikpapan Barat, kini menjelma menjadi kampung hijau yang tangguh terhadap bencana dan berdaya ekonomi.

Perubahan itu tidak terjadi seketika. Muhammad Yusuf, Ketua RT 51, mengenang awal transformasi dimulai pada 2023 ketika Pertamina menyalurkan program tanggung jawab sosial (CSR) di wilayah tersebut.

“Waktu itu Pertamina mencari lokasi di ring 1. Dari beberapa RT yang disurvei, ternyata yang cocok adalah RT 51. Kami mulai berkomunikasi dan merancang apa yang bisa dikerjakan bersama,” ujar Yusuf, pada Jumat (31/10/2025).



Inspirasi awal, katanya, datang dari kunjungan studi banding ke kawasan Cempaka Putih yang berhasil membangun konsep lorong hijau. Ide itu kemudian diterapkan di lingkungan mereka dengan panjang awal sekitar 40 meter, dan kini telah berkembang hingga 62 meter.


Dari Longsor ke Ketahanan Lingkungan

Dulu, kawasan tersebut berdiri di atas tanah kosong milik yayasan dan kerap mengalami pergerakan tanah. Namun, situasi berubah setelah warga membangun tanggul dan drum penahan tanah dibantu Pertamina.

“Dulu di sini sering longsor. Setelah ada bantuan Pertamina, kami buat tanggul dan drum eco shield untuk menahan tanah. Sekarang jauh lebih aman,” kata Yusuf.

Drum itu memiliki dua fungsi: selain menahan tanah, juga dimanfaatkan untuk menanam tanaman toga dan sayuran. Selain itu, Pertamina juga membantu warga memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 5 KVA yang kini digunakan untuk penerangan jalan dan pompa air kolam ikan.


Pelatihan dan Produksi UMKM

Program CSR Pertamina tidak hanya berhenti pada infrastruktur lingkungan. Warga, terutama kelompok ibu-ibu, mendapat pelatihan pengolahan hasil pertanian dan pangan lokal.

“Bantuan yang diberikan lebih banyak berupa bibit, pelatihan, dan pendampingan. Misalnya cara menggoreng keripik atau memotong bahan yang benar agar hasilnya gurih dan renyah,” jelas Yusuf.

Kini, berbagai produk olahan seperti bubuk jahe, minuman herbal, keripik pisang, dan stik keju bayam Brazil dihasilkan warga. Produk-produk tersebut sudah mengantongi izin PIRT bahkan terdaftar Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Harga jualnya pun cukup menjanjikan. “Lele bumbu kami dijual Rp50.000 per kilogram, sementara jahe bubuk dan minuman jahe cair juga laku di pasaran,” ujar Yusuf.


Energi Surya dan Sistem Peringatan Dini

Sebagai bagian dari mitigasi bencana, warga juga memasang sistem peringatan dini (early warning system) berbasis tenaga surya yang dapat mendeteksi pergerakan tanah maupun asap kebakaran.

“Kalau ada pergeseran tanah atau asap, sensornya akan berbunyi,” tutur Yusuf.



Pertamina juga membantu memperbaiki siring dan drainase yang sebelumnya masih menggunakan kayu, penyebab utama longsor di masa lalu.


Hijau yang Menghasilkan

Kini, hampir setiap sudut RT 51 dipenuhi tanaman produktif: terong, cabai, jahe, serai, kunyit, markisa, bayam Brazil, hingga pisang. Sebagian hasil panen dijual untuk menambah kas posyandu, sementara sisanya dibagikan kepada warga.

“Pernah juga Pertamina membeli hasil produksi warga hingga Rp18 juta menjelang Lebaran tahun lalu,” kata Yusuf.

Selain tanaman, kolam lele dan nila juga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga. “Hasil dari sini cukup besar. Kas RT sekarang sudah puluhan juta. Kami bisa beli tenda dan seragam dari hasil UMKM ini,” tambahnya bangga.


Dari Kumuh Jadi Inspiratif

Kini wajah RT 51 berubah total. Lorong-lorongnya hijau, warga aktif berproduksi, dan lingkungan menjadi lebih aman.

“Dulu orang menyebut kampung kami kumuh. Sekarang justru jadi contoh kampung hijau dan tangguh bencana di Balikpapan,” ujar Yusuf.

Ia berharap upaya warga ini bisa menjadi inspirasi bagi kampung lain. “Terima kasih untuk Pertamina. Pertaminaku Jaya,” pungkasnya. (mto) 

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)